BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ahmad Fuadi (lahir di Bayur Maninjau, Sumatera Barat, 30 Desember 1972; umur 40 tahun) adalah novelis, pekerja sosial dan mantan wartawan dari Indonesia. Novel pertamanya adalah novel Negeri 5 Menara yang
merupakan buku pertama dari trilogi novelnya dan diangkat menjadi sebuah film.
Karya fiksinya dinilai dapat menumbuhkan semangat untuk berprestasi. Walaupun
tergolong masih baru terbit, novelnya sudah masuk dalam jajaran best seller
tahun 2009. Kemudian meraih Anugerah Pembaca Indonesia 2010 dan tahun yang sama juga masuk nominasi Khatulistiwa Literary Award, sehingga PTS Litera, salah satu penerbit di negeri
jiran Malaysia tertarik menerbitkan di negaranya
dalam versi bahasa melayu. Novel
keduanya yang merupakan trilogi dari Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna telah
diterbitkan sejak 23 Januari 2011. Fuadi mendirikan Komunitas Menara,
sebuah yayasan sosial untuk membantu pendidikan masyarakat yang kurang mampu,
khususnya untuk usia pra sekolah. Saat ini Komunitas Menara punya sebuah
sekolah anak usia dini yang gratis di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.
Memulai pendidikan menengahnya di KMI Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo dan lulus
pada tahun 1992. Kemudian melanjutkan kuliah Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, setelah lulus menjadi wartawan Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya
dijalani dalam tugas-tugas reportasenya di bawah bimbingan para wartawan senior
Tempo. Tahun 1998, dia mendapat beasiswa Fulbright untuk kuliah S2 di School of Media
and Public Affairs, George Washington University. Merantau ke Washington DC bersama Yayi, istrinya---yang juga
wartawan Tempo-adalah mimpi masa kecilnya yang
menjadi kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden TEMPO dan wartawan VOA. Berita bersejarah seperti peristiwa 11 September 2001 dilaporkan mereka berdua langsung
dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.
Tahun 2004, jendela dunia lain terbuka lagi
ketika dia mendapatkan beasiswa Chevening untuk belajar di Royal Holloway, University of London untuk bidang film dokumenter. Penyuka fotografi ini pernah menjadi Direktur Komunikasi di sebuah NGO konservasi: The Nature Conservancy.
Ia adalah cucu Buya H. Sulthany Datuk Rajo Dubalang
dan Buya Sulaiman Katik Indo Marajo.
B.
Pembatasan Masalah
dapat diidentifikasi sebagai berikut,
Unsur sastra
yang dianalisis terbatas pada unsur intrinsik yang meliputi alur, pelaku, dan
latar film dan ektrinsik
Film yang dianalisis terbatas pada Film
yang berjudul “negeri 5 menara” Karya
Ahmad Fuadi.
Penyusunan model bahan ajar terbatas
pada kompetensi dasar “Menjelaskan alur
cerita, pelaku, dan latar film .
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan
batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis dapat merumuskan
masalah ke dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut,
Sejauh manakah siswa memahami unsur
intrinsik alur cerita, pelaku, dan latar Film yang berjudul “negeri 5 menara” Karya Ahmad
Fuadi.
Bagaimanakah
menyusun bahan ajar menganalisis unsur intrinsik Film dengan memanfaatkan hasil
analisis alur cerita, pelaku, dan latar Film yang berjudul “negeri 5 menara” Karya Ahmad
Fuadi.
D. Tujuan Penelitian
Secara umum
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang unsur intrinsik film
Indonesia.
Adapun secara khusus tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Untuk memperoleh gambaran tentang alur
cerita, pelaku, dan latar film yang berjudul “negeri 5 menara” Karya Ahmad Fuadi.
Menyusun model bahan ajar dengan
memanfaatkan hasil analisis unsur instrinsik alur cerita, pelaku, dan latar film
yang berjudul “negeri 5 menara” Karya
Ahmad Fuadi.
E. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat
bermanfaat, terutama bagi penulis, Mahasiswa dan pembaca.
F. Manfaat bagi penulis
Manfaat administratif yaitu administrati
penelitian yang penulis lakukan bisa dijadikan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, di STKIP PGRI PONTIANAK.
Manfaat teoritis yaitu menambah wawasan
khususnya tentang masalah yang diteliti.
Manfaat praktis yaitu bertambahnya
pengalaman dalam melakukan penelitian khsusnya penelitian kualitatif tentang
unsur intrinsik film.
Manfaat
bagi Mahasiswa
Mengetahui kemampuan siswa dalam
mengapresiasi karya sastra, (film)
Menambah keterampilan siswa dalam
mengapresiasi karya sastra, (film)
Menarik minat baca siswa terhadap karya
sastra, (film)
Manfaat
bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mempelajari
unsur intrinsik dan ektrinsik suatu film.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
Pengertian film
Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie.
Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari
kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan lapisan-lapisan
cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas sebagai
seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah Cinemathographie
yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) + graphie = grhap (tulisan
= gambar = citra), jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar
kita dapat melukis gerak dengan cahaya, kita harus menggunakan alat
khusus, yang biasa kita sebut dengan kamera.
Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda
(termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.
Kamera film menggunakan pita seluloid (atau sejenisnya, sesuai
perkembangan teknologi). Butiran silver halida yang menempel pada pita ini
sangat sensitif terhadap cahaya. Saat proses cuci film, silver halida
yang telah terekspos cahaya dengan ukuran yang tepat akan
menghitam, sedangkan yang kurang atau sama sekali tidak terekspos akan
tanggal dan larut bersama cairan pengembang (developer).
Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta
seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar
yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita
seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil
penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui
proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau
tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem
Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya;
Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media
sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini
sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media
yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap
lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital
elektronik sebagai penyimpan gambar.
Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini
telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal
media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media
digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka
film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media
selluloid sebagai penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam
bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film
cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film).
Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid
pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah
diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang
fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid,
analog maupun digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah
mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah
yang mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini
diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara)
dan visual (gambar) sebagai medianya.Istilah film pada mulanya mengacu pada
suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media
peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini
menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang
tertangkap lensa.
Pada generasi berikutnya fotografi bergeser
padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar. Dalam
bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami
perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan
selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita,
cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya
adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai
penyimpannya.
Sejalan dengan perkembangan media penyimpan
dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah
filmcerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media
film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media
selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar
yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media
yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media
selluloid, analog maupun digital.
Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah
pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah
yeng mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini
diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara)
dan visual (gambar) sebagai medianya.
B. Unsur-Unsur
Film
Film mempunyai unsur-unsur yang
terkandung di dalam unsur-unsur tersebut adalah:
a. unsur
Intrinsik
unsur yang
terdapat di dalam karya sastra.yang mempengaruhi karya sastra
tersebut,unsure intrinsik dalam cerita meliputi
Tema
Pokok persoalan dalam cerita.
Karakter tokoh
Tokoh dalam
cerita. Karakter dapat berupa manusia, tumbuhan maupun benda
Karekter
dapat dibagi menjadi:
- Karakter utama: tokoh yang membawakan tema dan memegang banyak peranan dalam cerita
- Karakter pembantu: tokoh yang mendampingi karakter utama
- Protagonis : karakter/tokoh yang mengangkat tema
- Antagonis : karakter/tokoh yang memberi konflik pada tema dan biasanya berlawanan dengan karakter protagonis. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat).
Konflik
Konflik
adalah pergumulan yang dialami oleh karakter dalam cerita dan . Konflik
ini merupakan inti dari sebuah karya sastra yang pada akhirnya membentuk plot.
Ada empat macam konflik, yang dibagi dalam dua garis besar:
Konflik
internal
Individu-diri
sendiri: Konflik ini
tidak melibatkan orang lain, konflik ini ditandai dengan gejolak yang timbul
dalam diri sendiri mengenai beberapa hal seperti nilai-nilai. Kekuatan karakter
akan terlihat dalam usahanya menghadapi gejolak tersebut
Konflik
eksternal
Individu –
Individu: konflik yang
dialami seseorang dengan orang lain
Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam. Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
Individu – alam: Konflik yang dialami individu dengan alam. Konflik ini menggambarkan perjuangan individu dalam usahanya untuk mempertahankan diri dalam kebesaran alam. Individu- Lingkungan/ masyarakat : Konflik yang dialami individu dengan masyarakat atau lingkungan hidupnya.
Seting
Keterangantempat,
waktu dan suasana cerita.
Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta
keadaan ketika cerita berlangsung
Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya, kapan terjadi dan suasana serta
keadaan ketika cerita berlangsung
Plot
Jalan cerita
dari awal sampai selesai
- Eksposisi : penjelasan awal mengenai karakter dan latar( bagian cerita yang mulai memunculkan konflik/ permasalahan)
- Klimaks : puncak konflik/ ketegangan
- Falling action: penyelesaian
Sudut
pandang
Sudut
pandang yang dipilih penulis untuk menyampaikan ceritanya.
- Orang pertama: penulis berlaku sebagai karakter utama cerita, ini ditandai dengan penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian dari cerita.
- Orang kedua: teknik yang banyak menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘Anda.’ Teknik ini jarang dipakai karena memaksa pembaca untuk mampu berperan serta dalam cerita.
- Orang ketiga: cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti: mereka dan dia.
Teknik
penggunaan bahasa
Dalam menuangkan idenya, penulis biasa memilih
kata-kata yang dipakainya sedemikian rupa sehingga segala pesannya sampai
kepada pembaca. Selain itu, teknik penggunaan bahasa yang baik juga membuat
tulisan menjadi indah dan mudah dikenang. Teknik berbahasa ini misalnya
penggunaan majas, idiom dan peribahasa.
Amanat
Nilai (amanat) : pesan atau nasihat yang ingin
disampaikan pengarang emalalui
cerita
cerita
b. unsur
Ekstrinsik
DikatakanFananie (2001:77) Faktor ekstrinsik adalah
segala faktor luar yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Ia merupakan
milik subjektif pengarang yang bisa berupa kondisi social, motivasi, tendensi
yang mendorong dan mempegaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor
ekstrinsik itu dapat meliputi:
1)
tradisi dan nilai-nilai,
2) struktur
kehidupan sosial,
3) keyakinan
dan pandangan hidup,
4) suasana
politik,
5)
lingkungan hidup,
6) agama,
dan sebagainya.
BAB III
ANALISIS
A. SINOPSIS
Alif
lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah
Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan,
bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau
Maninjau.
Tiba-tiba saja dia harus naik bus
tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa di
pelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin
menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar di
pondok.
Di kelas hari pertamanya di
Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses.
Dia terheran-heran mendengar
komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris,
merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat
pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer
berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya,
Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah
menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil
menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka,
awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana
impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu
adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Bagaimana perjalanan
mereka ke ujung dunia ini dimulai? Siapa horor nomor satu mereka? Apa
pengalaman mendebarkan di tengah malam buta di sebelah sungai tempat jin buang
anak? Bagaimana sampai ada yang kasak-kusuk menjadi mata-mata misterius? Siapa
Princess of Madani yang mereka kejar-kejar? Kenapa mereka harus botak
berkilat-kilat? Bagaimana sampai Icuk Sugiarto, Arnold Schwarzenegger, Ibnu
Rusyd, bahkan Maradona sampai akhirnya ikut campur? Ikuti perjalanan hidup yang
inspiratif ini langsung dari mata para pelakunya. Negeri Lima Menara adalah
buku pertama dari sebuah trilogi.
B.
HASIL ANALISIS
§ Unsur-Unsur Intrinsik
1. Tema
Tema Film Negeri
5 Menara adalah Pendidikan, hal ini dapat kita lihat sendiri dari
lembaran-lembaran novel ini yang menceritakan bagaimana tokoh-tokoh utama di
dalamnya mengenyam pendidikan di dunia pesantren, apalagi dalam Film ini dibuka dengan kata mutiara dari
Imam Syafi'i yang berhubungan dengan penuntutan ilmu .
2. Penokohan
Analisis
Penokohan
Tokoh Protagonis
Tokoh Protagonis
yaitu Tokoh berprilaku baik didalam suatu cerita. Didalam Film yang berjudul “NEGERI 5 MENARA“ ini tokoh- tokoh yang termasuk tokoh
protagonis yaitu :
1.
Alif Fikri
Dia adalah
pemeran utama dalam novel ini, dia berasal dari Maninjau BUKIT TINGGI, Dia anak
yang baik, selalu usaha dalam melakukan sesuatu.
Berikut
cuplikannya:“ kalau begitu,kalau kita mau berhasil ujian ini, kita belajar
sedikit lebih lama dari kebanyakan teman –teman di Kamp konsentrasi ,“Simpulku.
“ Bismillah ya
Tuhan, sudah aku kerahkan segala usaha, sekarang aku serahkan penampilanku
kepadamu dengan segala ikhlas,”gumamku.
2.
Raja Lubis
Dia merupakan
teman Alif pada waktu di PM,dia anak yang pintar dan memiliki pengetahuan yang
luas.
Berikut
Cuplikannya : “Untuk menarik perhatian pendengar, selain menggunakan suara yang
lantang, ikat meraka dengan matakau, pandang mata mereka dengan lekat,” saran
Raja sambil mengarahkan 2 jari kemataku.
“Arti harfiahya
Kotak, bukan lemari (tempat pakaian buku dan segala macam yang kita
punya.Lemari kecil yang lebih menyerupai kotak,” terang raja yang memiliki
banyak informasi dan dengan senang hati berbagi.
3.
Baso Salahuddin
Dia adalah teman
alif di PM,dia anaknya pendiam , sangat taat terhadap aturan dan mempunyai
keinginan untuk menghafal Al-Qur’an .
Berikut
kutipan ceritanya : “melihat yang bukan mukhrim bisa menghilangkan hapalan
Al-Qur’an ku”, kata baso dengan suara rendah.
4.
Said Jufri
Dia adalah teman
alif di PM, dia anak yang selalu optimis memberikan saran –sarannya . berikut
kutipan ceritanya : “tenang akhi , sebentar lagi kita akan selamat . asrama
tinggal 100 m lagi insyaallah tidak akan kena hukum”, kata said dengan sangat
optimis.
Said , ”Ya akhi
, sebelum keasrama ,kita ke studio foto dulu yuk . kapan lagi tiga orang
berkepala shaolin berfoto pakai sarung.” , said memang selalu tau bagaimana
mengambil sisi positif dari setiap bencana .
5.
Atang
Dia adalah teman
Alif pada waktu di PM, dia anak yang memiliki wajah serius, mudah mengenal
seseorang, patuh terhadap aturan dan juga baik.
Berikut kutipan
ceritanya : “Eh......kenalkan nama saya Atang,” sambil menyorongkan tangannya,
dan buru – buru dia menambahkan , “saya dari Bandung urang sunda,”
“Said, ingat
jangan kita menjadi Jasus 2x dalam 2 bulan,” sahut Atang disaat hendak
melakukan kesalahan.
“Aku juga tidak
punya duit sekarang, tapi aku bisa menjamin tinggal kalian selama diBandung.
Pergi ke Bandung jelas tidak bayar karena naik mobil bapakku, untuk ongkos
kembali dari Bandung ke PM aku bisa meminjamkan nanti,” bujuk Atang pada saat
ingin mengajak Alif dan Baso.
6.
Dulmajid
Dia adalah teman
Alif juga pada waktu di PM, dia anak yang baik, suka bercanda, setia kawan.
Berikut kutipan
ceritanya :“ Lif, aku akan menunggumu sampai kamu selesai mengerjakan tugas itu
,” kata Dulmajid
7.
Amak
Beliau merupakan
Ibu Alif , yang memiliki sifat jujur, adil sekaligus baik hati. Berikut kutipan
ceritanya : “Bang Ambo ingin berlaku adil , dan keadilan hrus dimulai dari diri
sendiri, bahkan anak sendiri. Aturannya siapa yang tak mau praktek menyanyi
dapat angka merah,” kata Amak ketika Ayah bertanya, “kok tega memberi angka
buruk pada anak.
“Kita disini
adalah pendidik. Kalau kayak begini ini bukan mendidik, kemana muka kita
disembunyikan dari Allah yang maha melihat.Ambo tak mau ikut bersokongkol dalam
ke tidak jujuran ini,” frontal dan pas di ulu hati.
8.
Ayah Alif
Beliau adalah
orang yang baik, tidak banyak bicara tapi sekali bicara langsung merasuk di
hati. Berikut kutipa ceritanya : “ Pak anak ambo kelakuanya baik dan NEMnya
termasuk paling tinggi di Agam, kami kirim untuk mendalami agama,” ucap ayah
pada saat berbicara dengan pak Sutan yang menjengkelkan.
9.
Kyai Rais
Beliau adalah
guru besar Alif pada waktu di PM, Beliau orang yang sangat sabar,
berwibawa, dan setiap kata – katanya enak didengar, merasuk dalm hati dan
selalu benar terjadi jika dilaksanakan dengan sungguh – sungguh.
Berikut kutipan
ceritanya : “Mandirilah maka kamu akan jadi orang merdeka dan maju. I’timad Ala
Nafsi, bergantung pada diri sendiri, jangan dengan orang lain, cukuplah bantuan
Tuhan yang menjdi panutanmu,” Nasihat Kyai Rais.
10.
Kak Iskandar
Dia adalh ketua
asrama Al barq, tenpat Alif dengan Sahibul yang lain tidur, dia orang yang
tegas dan baik.
Berikut
kutipannya : “ Sebelum tidur, kami akan bacakan Qonun, aturan tidak tertulis
yng tidak boleh dilanggar. Pelanggaran pasti akan diganjar sesuai dengan
kesalahannya dan ganjaran paling berat adalah dipulangkan dari PM selama –
lamanya,” katanya dengan serius dan tegas.
11. Randai
Dia adalah teman
kecil (teman akrab) Alif di Maninjau (dikampungnya), dia anaknya sedikit
sombong, tapi dia juga baik.
Berikut
kutipannya : “Kmu belum pernah lihat Komputer kan ? nah disini semua murid ikit
belajar komputer karena sekolahku baru membuat Lab komputer yang paling modern
di kota kita,senagnya” katanya dengan bangga hati.
12. Ust
Faris
Dia adalah Guru
Alif di PM, beliau mengajar Al- Qur’an Hadist,orangnya baik dan selalu memberi
nasihat yang baik pula.
Berikut
kutipannya : “Bacalah Al – Qur’an dan Al Hadist dengan mata hati kalian, resapi
dan lihatlah mereka secara menyeluruh, saling berkait menjadi pelita bagi
kehidupan kita,” katanya dengan suara Bariton yang sangat terjaga vibranya.
13.
Ust Kholid
Beliau
adalah ustad yang sangat berpengalaman, dia juga pernah menuntut ilmu di Kairo,
orangnya baik.
Brikut
kutipannya : “ Iya sederhanya, kalau kita mewaqafkan tanah jesekolah maka tanah
itu berpindah ketangan sekolah itu selamanya untuk kepentingan sekolah
dan umat. Dan saya, karena tidak punya tanah, yang saya waqafkan diri saya
sendiri,” kata Ust Khalid.
14.
Ust Salman
Beliau adalah
Wali Kelas Alif di PM, orangnya baik, dan beliau mengajar pelajaran sejarah di
PM.
Berikut
kutipannya : “ Sejarah bukan seni bernostalgia, tapi sejarah adalah ibrah
pelajran yng bisa kita tarik ke masa sekarang, untuk mempersiapkan masa depan
yang lebih baik,” jelasnya.
“ Jadi pilihlah
suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun, karena kalianlah
master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya
adalah hati orang sukses,” tandasnya dengan mata berkila - kilat.
Tokoh Antagonis
Tokoh Antagonis
yaitu tokoh yang biasanya memiliki prilaku yang jelek atau jahat, dalam Novel
ini tokoh yang bertidak sebagai tokoh antagonis yakni :
1.
Tyson ( Rajab Suja’i)
Dia merupakan
orang terhoror (paling di takuti) Alif selama di PM,wajahnya sangat menyeramkan
dan mudah marah begitu saja.
Berikut
kutipannya : “Hei...... nanti dulu, kalian tetap dihukum, di PM tidak ada
kesalahan yang berlangsung tanpa dapat ganjaran ,” hardik si Tyson.
2.
Ust Torik
Dia adalah orang
keduayang paling ditakuti setelah Tyson, dia tidak banyak bicara tapi sekali
bicara menakutkan.
Berikut
kutipannya : “Kamu ngomong apa ??? bicara yang jelas, lihat mata saya,”
potongnya , matanya yang dalm mencorong tajam
Tokoh-tokoh
dan watak dalam Film Negeri 5 Menara, yaitu:
a) Amak
·
Seorang
wanita separuh baya yang ramah : [“Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa
saja”]
·
Rela
Berkorban : [“Amak terpaksa menjadi guru sukarela yang hanya dibayar dengan
beras selama 7 tahun”]
·
Peduli akan
nasib umat Islam : [“…Bagaimana nasib umat Islam nanti?” ]
·
Seorang ibu
yang konsisten terhadap keputusannya : [“Pokoknya Amak tidak rela waang masuk SMA!”]
·
Adil :
[“…Keadilan harus dimulai dari diri sendiri, bahkan dari anak sendiri.
Aturannya adalah siapa yang tidak mau menyanyi dapat angka merah”)]
b) Ayah
·
Seorang pria
separuh baya yang membela kebenaran : [“Mungkin naluri kebapakannya tersengat
untuk membela anak dan sekaligus membela dirinya sendiri” ]
·
Dapat
dipercaya : [“Amanat dari jamaah surau kami untuk membeli seekor sapi untuk
kurban idul adha minggu depan telah ditunaikan Ayah”]
d) Alif
·
Seorang
lelaki yang penurut : [“Selama ini aku anak penurut” ]
·
Ragu-ragu :
[“Bahkan sesungguhnya aku sendiri belum yakin betul dengan keputusan ini”]
·
Teliti :
[“Sejenak, aku cek lagi kalau semuanya telah rapi dan licin, tidak ada gombak
dan kusut”]
e) Dulmajid
·
Seorang
lelaki yang Mandiri : [“Tentu saja saya datang sendiri,”]
·
Semangat :
[“Animo belajarnya memang maut”]
·
Jujur, tegas
serta setia kawan : [“Aku menyadari dia orang paling jujur, paling keras, tapi
juga paling setia kawan yang aku kenal.”]
f) Raja
·
Seorang
lelaki yang Percaya diri : [“Raja Lubis yang duduk di meja paling depan maju”]
·
Ekspresif :
[“…Tampak mengayun-ayunkan tinjunya diudara sambil berteriak “Allahu Akbar!”]
·
Pantang
menyerah : [“Jangan. Kita coba dulu. Aku saja yang maju duluan,” ]
g) Atang
·
Menepati
Janji : [“Sesuai Janji, Atang yang membayari ongkos”]
·
Baik : [Aku
bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan tersebar dibeberapa kota
seperti Atang dan Said.”]
h) Said
·
Seorang
lelaki yang memberi motivasi : [“…senyum dan cerita yang mengobarkan semangat”]
·
Berfikir
dewasa : [“Perawakan yang seperti orang tua dan cara berpikirnya yang
dewasa membuat kami menerimanya sebagai yang terdepan”]
·
Seorang
lelaki yang mengambil kebaikan dari suatu kejadian : [“Aku sendiri mengagumi
caranya melihat segala sesuatu dengan positif”]
·
Baik : [Aku
bersyukur sekali mempunyai teman-teman yang baik dan tersebar dibeberapa kota
seperti Atang dan Said.”]
i) Baso
·
Seorang
lelaki yang Disiplin : [“Dia begitu disiplin menyediakan waktu untuk membaca
buku favoritnya” ]
·
Rajin :
[“Baso anak paling rajin diantara kami”]
·
Sunguh-sungguh
: [“Hampir setiap waktu kami melihat Baso membaca buku pelajaran dan Al-Quran
dengan sungguh-sungguh”]
·
Pendiam,
Pemalu serta Tertutup : [“Selama ini memang Baso lah kawan kami yang paling
Pendiam, Pemalu dan tertutup”]
j) Ustad Salman
·
Seorang
lelaki yang Kreatif : [“Itulah gaya unik Ustad Salman, selalu mencari jalan
kreatif untuk terus memantik api potensi dan semangat kami”]
k) Kiai Rais
·
Seorang
lelaki separuh baya yang menjadi contoh di PM : [“…yang menjadi panutan kita
dan semua orang selama di PM ini”]
·
Berbakat :
[“Kiai Rais adalah sosok yang bisa menjelma menjadi apa saja” ]
l) Tyson
·
Seorang
lelaki yang Tegas : [“…Terlambat adalah terlamabat. Ini pelanggaran” ]
m) Ustad Torik
·
Seorang
lelaki yang Tegas : [“Kalian sudah tahu aturan adalah aturan. Semua yang ikut
ke Surabaya saya tunggu di kantor. SEKARANG JUGA.”]
3. Latar
a) Latar tempat
· Kantor Alif (Washington DC)
[“Dari balik
kerai tipis di lantai empat ini..”]
· Rumah Alif (Maninjau, Bukittinggi)
[“Sampai
sekarang kami masih tinggal di rumah kontrakan beratap seng dengan dinding dan
lantai kayu” ]
· Trafalgar Square (London)
[“Tidak lama
kemudian aku sampai di Trafalgar Square, sebuah lapangan beton yang amat luas.”
]
·
Pondok Madani
[“Tidak terasa, hampir satu jam kami berkeliling PM.” ]
· Rumah Atang (Bandung)
[“Kaca depan
rumahnya menempel sebuah stiker hijau dengan gambar matahari di tengahnya”]
· Rumah Said (Surabaya)
[“...Mengajak
kami keliling ke berbagai objek wisata di sekitar Surabaya...” ]
· Apartemen Raja (London)
[“Malam itu
kami menginap di apartemen Raja di dekat Stadion Wembley...” ]
b) Latar waktu
· Dini hari
[“Dalam perjalananku
dari Padang ke Jawa Timur, aku sempat sekilas melewati Jakarta jam tiga dini
hari.” ]
· Pagi hari
[“Sejak dari pagi buta suasana PM sudah heboh.”]
· Sore hari
[“Tidak siap menjawab
pertanyaan interogatif di senja bergerimis dalam keadaan kepayahan ini.”]
· Malam hari
[“Malam ini
adalah salah satu dari malam-malam inspiratif yang digubah oleh Ustad Salman.”]
c) Latar Suasana
·
Sepi
[“Diam
sejenak. Sebuah pesan baru muncul lagi” ]
·
Emosi
[“Sebelum
mereka menyahut, aku telah membanting pintu dan menguncinya”
·
Takut
[“Aku
katupkan mataku rapat-rapat. Apa yang akan dilakukan Tyson ini padaku” ]
·
Gugup
[“Kalimat
yang sudah aku bayangkan tadi berantakan di bawah sorot mata Ustad Torik yang
bikin ngilu.”]
·
Bahagia
[“Dengan
penuh kemenangan kami keluar dari gerbang PM” ]
·
Sedih
[“Di ujung
kelopak matanya aku menangkap kilau air yang siap luruh. Suaranya kini
bergetar”]
4. Alur
Alur yang ada dalam film yang di angkat dari novel
“Negeri 5 Menara”, yaitu alur maju-mundur. Hal ini dibuktikan oleh beberapa
tahapan sebagai berikut:
· Pengenalan / Awal cerita
Awal cerita
dalam film ini dibuka oleh Alif yang telah tinggal di Washington DC, Amerika
Serikat dengan pekerjaannya sebagai Wartawan VOA, lalu setelah itu ia kembali
mengingat masa lalunya saat konflik dimulai ["Aku tersenyum. Pikiranku
langsung terbang jauh ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam
hatiku"]
· Timbulnya konflik / Titik awal
pertikaian
Awal
Pertikaian dimulai saat Amak menyuruh Alif untuk tidak melanjutkan sekolahnya
ke SMA tetapi ke Pesantren dan Alif menolak permintaan Amak pada saat baru
diberitahukan. Tetapi akhirnya, Alif pun bersedia bersekolah di pesantren yang
terletak di luar pulau Sumatera walaupun hanya setengah hati : [“Jadi Amak
minta dengan sangat waang tidak masuk SMA. Bukan karena uang tapi supaya ada
bibit unggul yang masuk madrasah aliyah.”]
· Puncak konflik / Titik puncak cerita
Titik puncak
cerita dimulai saat Alif sudah naik kelas 6 di Pondok Madani (PM) dan menjadi
puncak rantai makanan alias kelas tertinggi di Pondok Madani : [“Seketika rasa
ini melempar ingatanku kembali ke PM, ketika kami naik kelas enam, kelas
pemuncak di PM.” ]
· Antiklimaks
Antiklimaks
dalam film ini dimulai pada saat Alif serta santri PM lainnya akan mengadakan
ujian akhir yang dilaksanakan oleh siswa tahun terakhir PM. [“Inilah ujian yang
paling berat yang paling berat yang anak-anak temui di PM”]
· Penyelesaian masalah
Pada
akhirnya, setelah alif menyelesaikan ujian pamungkas di PM serta lulus dari PM,
cerita berbalik ke Alif yang telah sampai di London untuk bertemu dengan Atang
dan Raja yang merupakan anggota Sahibul Menara .
5. Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam film
tersebut, yaitu sudut pandang orang pertama tunggal dengan “Aku” sebagai tokoh
utama. Hal ini dibuktikan oleh pengarang yang selalu menyebut tokoh utama
dengan kata “Aku” saat di narasi, di mana seakan-akan pengarang adalah si tokoh
utama : [“Iseng aja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya
dengan ujung telunjuk kananku”]
6. Gaya Bahasa
· Majas Personifikasi
[“Hawa
dingin segera menjalari wajah dan lengan kananku”]
· Majas hiperbola
[“Muka dan
kupingku bersemu merah tapi jantungku melonjak-lonjak girang.” ]
· Majas Metafora
[“Matahari
sore menggantung condong ke barat berbentuk piring putih susu” ]
7. Amanat
Amanat yang
terkandung dalam film Negeri 5 Menara ini adalah bahwa dalam mengejar semua
cita-cita beserta impian, tidak semuanya berjalan sesuai dengan apa yang telah
kita rencanakan tapi semuanya berjalan seiring bagaimana kita menyelesaikan
rintangan yang datang menghadang dan untuk mendapatkan menggapainya juga, kita
harus mengorbankan sesuatu.
Adapun amanat
dari novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi penbaca
untuk tidak putus asa dalam hidup dan bermanfaat bagi diri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan agama.
Kutipan film:
Jangan pernah
meremehkan impian walau setinggi apapun, tuhan sesungguh maha mendengar.
Man jadda
wajada, siapa yang sungguh-sungguh akan berhasil.
Amanat bagi
pembaca berikutnya adalah pentingnya kedinamaisan.
Berikut terdapat
di Film Negeri 5 menara tentang pentingnya kedinamisan dalam
hidup bagi orang-orang yang berilmu
“orang yang
berilmu dan beradab tidak akan diam dikampung halaman. Tinggalkan
negerimu dan mernataulah ke negeri orang. Merantaulah, kaua kan
mendapatkan pengganti dari kerabat dan kawan. Berlelah-lelahlah, manisnya hidup
terasa setelah lelah berjuang .. singa jika tak tinggalkan sarang tidak akan
mendapatkan mangsa. Bijih emas bagaikan panah biasa sebelum digali dari
tambang. Jika matahari diorbitnya tidak bergerak dan terus diam tentu manusia
bosan padanya dan enggan memandang.
Selain amanat
yang telah dijelaskan diatas oleh Film negeri 5 menara juga member pesan agar
meraih ilmu dan pendidikan setinggi-tingginya. Karena orang berilmu memiliki
derajat yang lebih tinggi dari pada orang yang tidak berilmu. Menuntut ilmu
karena tuhan memudahkan jalan kalian ke surga, malaikat membentangkan sayap
buat kalian, bahkan penghuni langit dan bumi sampai ikan paus di lautan
memintakan ampun bagi orang yang berilmu. Reguklah ilmu di sini dengan membuka
pikiran , mata dan hati kalian”.
Pondok Pesantren
Madani adalah salah satu sarana bagi siswa dalam menimba ilmu. Dari kutipan
ceramah Kiai Rais dapat dipahami bahwa para pencari ilmu adalah orang-orang
yang dimudahkan dalam meraih surga. Dari itu, dapat dimaknai bahwa penulis
ingin menyampaikan pesan kepada pembaca bahwa supaya masyarakat mencari
ilmu setinggi-tingginya karena sesuai dengan kutipan tersebut bahwa pencari
ilmu diberi kedudukan yang lebih istimewa yakni dimudahkan jalan menuju surga.
Pesan yang disampaikan penulis dapat diartikan bahwa salah satu jalan menuju
surga adalah mencari ilmu sebanyak-banyaknya . jadi pesan penulis bagi pembaca
yakni menganjurkan pembaca agar meraih ilmu yang setinggi-tingginya meskipun
harus keluar kampong dan jauh dari keluarga.
Disamping itu,
terdapat amanat-amanat yang tersurat terdapat pula pesan singkat yang tersirat.
Pesan yang tersirat adalah pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra
meskipun tidak ada bukti konkrit dari naskah suatu karya sastra tersebut.
Pesan tersirat tersebut yakni mengenai keutamaan doa dan ridho
orang tua dalam kehidupan Alif sang pemeran utama adalah seorang anak yang
datang dari keluarga sederhana dan masih memiliki keturunan darah ulama .
cita-cita Alif sebenarnya inginmenjadi seorang insinyur. Tokoh idolanya adalah
Habibie. Setelah ia lulus dari Madrasah Tsanawiyah , sebenatnya ia ingin
melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yakni SMA. Karena ia menganggap tiga
tajun menempuh pendidikan di Tsanawiyah telah cukup bekal dasar ilmu agamanya.
Ia ingin mempelajari ilmu non agama dan melanjutkan kuliah di UI tai ITB. Namun
keinginan dan cita-citanya tersebut terhalang denagn keinginan orang
tuanya ingin menjadikan putranya seperti Buya Hamka. Pada awalnya Alif berontak
tapi akhirnya ia berfikir bahwa tidak ada gunanya melawan keinginan ibunya yang
mulia itu. Hingga ia memutuskan untuk menempuh pendidikan menengahnya di
pesantren madani jawa. Banyak kisah yang ia hadapi bersama teman-temannya yang
datang dari berbagai daerah. Hingga akhirnya ia meraih kesuksesan di Ameriak.
Hal tersebut pada dasarnya tak luptu dari doa dan ridho yang diberikan oleh
orang tuanya. Penulis memberikan pesan kepada pembaca, bahwa doa dan
ridho orang tua adalah sesuatu yang harus diutamakan. Meskipun pesan tersebut
tidak tersurat. Namun dapat dipahami oleh pembaca yang telah selesai membaca
keseluruhan cerita.
§ Unsur-Unsur Ekstrinsik
a.
Nilai
Ketuhanan
·
Sangat
banyak nilai ketuhanan yang terkandung dalam novel Negeri 5 Menara, diantaranya
kita sebagai manusia sama di sisi ALLAH.
b. Nilai Moral
·
Kebersamaan
Sahibul Menara dalam menghadapi segala hal dengan kerja sama dan pantang
menyerah
c.
Nilai Sosial
·
Di kehidupan
pesantren, kita tidak diajarkan untuk egois, tapi saling membantu satu sama
lain, mengutamakan kesolidaritasan.
d. Nilai Ekonomi
·
Para
pengajar di Pondok Madani tidak meminta untuk dibyar, mereka ikhlas mendidik
santri karen ALLAH SWT, serta santri di Pondok Madani yang banyak kekurangan
secara ekonomi tetapi masih bisa bersekolah di Pondok Madani.
e. Nilai Budaya
·
Anak
laki-laki dan seorang ayah masyarakat Minangkabau tidak pernah berangkulan :
[“Di kampungku memang tidak ada budaya berangkulan anak laki-laki dan seorang
ayah”
f.
Nilai Agama
·
Film ini
menceritakan tentang kehidupan pesantren yang selalu mengajarkan nilai-nilai
agama, mulai dari keikhlasan, bersikap jujur, disiplin dan lain sebagainya :
[“Bacalah Al-Quran dan hadits dengan mata hati kalian....”]
C. HASIL TEMUAN
Temuan yang
didapatkan dalam film“Negeri 5 Menara”
a.
Disini
penulis menemukan bahwa, anak-anak yang disekolahkan di pesantren identik
dengan anak-anak yang nakal, kekurangan baik secara ekonomi maupun akademik.
[“Akibatnya, madrasah menjadi tempat murid warga kelas dua, sisa-sisa...”].
b. Hal-hal yang harus kita hadapi dalam
kehidupan pesantren yang keras, kita tidak boleh berleha-leha, harus bisa
mengatur waktu.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Banyak kelebihan
atau nilai-nilai positif yang terkandung dalam Film Negeri 5 Menara ini,
diantaranya adalah:
Berbakti kepada orang tua & visi
hidup
Alif menunjukkan sosok yang taat kepada
keinginan orang tuanya, walaupun ia harus mengorbankan cita-citanya untuk
bersekolah di Bandung. Orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk
anaknya. Amak Alif menginginkan ada bibit unggul yang masuk ke dalam pesantren,
karena selama ini pesantren dianggap sebagai ‘bengkel’ untuk merenovasi akhlak
dan perbuatan anak yang dimasukkan ke sana. Keinginan Amak Alif agar Alif
menjadi ulama seperti Buya Hamka, agar Alif bermanfaat untuk umat merupakan ide
yang sungguh mulia. Banyak di sekitar kita yang berlomba-lomba menyekolahkan
anaknya di sekolah yang popular secara akademis atau fasilitas, tanpa mempertimbangkan
kebermanfaatannya ke depan. Visi seorang Amak mampu menggiring penonton untuk
berpikir bahwa kita membutuhkan sosok-sosok yang bisa memikirkan dan bermanfat
untuk sesama, bukan sosok-sosok yang sibuk memikirkan dirinya sendiri.
Keinginan Baso untuk menghafal Al Quran juga didorong keinginannya untuk
mempersembahkan jubah kemuliaan untuk orangtuanya yang telah meninggal.
Penonton akan diajak untuk merenungkan hal apa yang sudah diberikan pada orang
tua tercinta. Adegan ini mestinya mampu mengajak penonton untuk berbakti pada
orang tua.
Pola asuh demokratis
Walaupun Alif pada awalnya tidak setuju
dengan keinginan orangtuanya untuk melanjutkan pendidikan ke pondok pesantren,
orang tua Alif tidak menunjukkan kesan memaksa, tetapi tetap bersikap biasa
seperti tidak terjadi masalah setelah Alif lari dari rumah dan mengurung diri
di kamar. Hal ini terlihat dari Amak yang membawakan makanan ke kamar Alif.
Ketika menemui perbedaan pendapat, orang tua sebaiknya tidak berkata keras
kepada anak agar anak tidak semakin membangkang. Dalam film ini terlihat orang
tua Alif yang tetap bijak menanggapi ketidaksetujuan Alif.
Keikhlasan
Tampak keikhlasan Alif ketika akhirnya
menuruti keinginan orang tuanya untuk melanjutkan sekolah di Pondok Madani. Ayah
Alif juga terlihat ikhlas merelakan harta mereka yang berupa kerbau untuk biaya
sekolah Alif. Keikhlasan juga tampak setelah Alif membatalkan rencana menjawab
asal tes masuk pondok Madani. Para ustad yang menurut Kyai Rais tidak dibayar
pun mampu membuat kita membandingkan dengan banyak kalangan pegawai dewasa ini
yang masih suka menuntut gaji yang lebih tinggi. Segala sesuatu kalau ikhlas
dilakukan InsyaAllah akan menjadikan jalan yang ditempuh serasa ringan, bebas
dari beban. Bayangkan kalau semua anak didik di Indonesia tidak ikhlas
bersekolah, apa yang akan mereka dapat di sekolah? Di film ini, keikhlasan
tergambarkan dengan cukup baik.
Motivasi
Ayah Alif memotivasi Alif melalui
transaksi jual beli kerbau. Proses tawar-menawar kerbau dilakukan di dalam
sarung, dengan kode-kode tertentu. Ayah Alif memberikan pemahaman kepada Alif
agar kita harus berani mencoba rasanya dulu sebelum tahu baik atau buruknya
sesuatu, jadi Alif dianjurkan untuk tidak cepat menilai.
Kyai Rais dalam pidatonya
mengatakan bahwa para santri akan dididik menjadi orang besar, tetapi bukan
orang besar seperti pengusaha besar, menteri, ketua partai, ketua DPR/MPR, atau
ketua ormas Islam. Orang besar yang dimaksud Kyai Rais adalah menjadi orang
yang akan menyebarkan ilmunya sampai ke pelosok negeri. Beberapa kali juga
ditampilkan tulisan “Ke Madani, Apa Yang Kau Cari”, sehingga tulisan ini seolah
mengingatkan para santri untuk terus meluruskan niat selama belajar di pondok
pesantren.
Pada hari pertama masuk kelas, Ustad
Salman membawa batang kayu dan pedang yang sudah berkarat. Di depan kelas ustad
Salman terus berusaha menebas batang kayu itu dengan pedang tadi. Setelah
ditebas terus-menerus, akhirnya batang kayunya dapat terbelah juga. Kemudian
Ustad Salman berseru “Man Jadda Wajada, ingat, bukan yang paling tajam, siapa
yang bersungguh-sungguh, dia yang akan berhasil, Man Jadda Wajada!!!”, akhirnya
pepatah alias mantra berbahasa arab ini terus-menerus didengungkan oleh para
santri. Mantra ini mampu menyihir keadaan yang pesimis menjadi optimis. Siapa
sangka pedang tumpul berkarat mampu menebas batang kayu yang kuat? Man Jadda
Wajada, Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil, sebuah mantra ajaib
yang senantiasa menyemangati setiap usaha. Metode yang dipakai oleh ustad
Salman itu patut dicontoh oleh para pendidik. Kita membutuhkan ilustrasi yang
tepat untuk dapat memotivasi anak didik agar tujuannya tecapai. Saya rasa,
adegan membelah kayu itu merupakan hal luar biasa, akan susah dilupakan.
Persahabatan
Ada pesahabatan yang kokoh diantara
Alif, Baso, Raja, Atang, Said, dan Dulmajid, yang dijuluki Sahibul Menara.
Kekokohannya tergambarkan dalam awal pesahabatan mereka di pondok Madani sampai
bertahun- tehun kemudian setelah mereka melalang buana ke negeri-negeri impian
mereka. Biasanya, seiring berjalannya waktu, jalinan persahabatan dengan
teman-teman sekolah semakin mengendor tergerus persahabatan baru yang terjalin,
tetapi di film ini digambarkan kebalikannya, ini menunjukkan ikatan silaturahmi
yang dengan kuatnya tetap terjaga. Dalam persahabatan itu mereka juga saling
menguatkan, terlihat ketika Alif mulai patah semangat, ingin meninggalkan
pondok Madani dan meneruskan SMA di Bandung. Setelah dikucilkan karena
impiannya ini, ada temannya yang menguatkan Alif untuk tetap meneruskan pendidikannya
di pondok Madani.
Kerja sama
Di hari pertama, tampak sahibul menara
saling bekerja sama mangangkat lemari yang baru di beli. Kerja sama lainnya
juga terlihat ketika sahibul menara membantu memperbaiki diesel yang sering
macet. Hal lain terlihat pula ketika Alif, Said, Atang, Raja, dan Dulmajid
saling bekerja sama membantu latihan lomba pidato bahasa Ingrisnya Baso dengan
membuat orang-orangan memakai kayu dan sarung. Pun ketika Baso mengalami
‘kemacetan’ ketika lomba, para sahibul menara langsung membantunya dengan
menghadirkan orang-orangan itu ke ruang lomba sehingga Baso pun akhirnya meraih
juara. Ketika sahibul menara berkeinginan menonton final piala Thomas, mereka
mengajak ustad Salman untuk membujuk Ustad Thorik menyetujui usul itu. Dengan
kerja sama melalui strategi bermain bulu tangkis bersama sambil mengobrol
tentang pentingnya menyaksikan pertandingan final piala Thomas di televisi,
akhirnya keinginan itu bisa terwujud. Kerja sama yang sangat bagus juga
ditunjukkan dalam persiapan dan pelaksanaan pentas teater Ibnu Batutah. Dengan
semangat sahibul menara mesti jauh-jauh menuju perkotaan Ponorogo untuk membeli
es. Di adegan film digambarkan akhirnya sahibul menara kembali ke pondok Madani
dengan mengendarai beberapa becak, dengan becak terakhir berisi para tukang
becak. Pementasan Ibnu Babtutah sendiri akhirnya berjalan dengan memuaskan.
Kerjasama mutlak diperlukan karena
setiap orang tidak mungkin bisa hidup sendiri. Kerja sama yang baik ditunjukkan
dalam film ini melalui pembagian tugas.
Tanggung jawab
Adegan tentang tangung jawab terlihat
dalam adegan Alif yang mengerjakan soal tes masuk pondok Madani menggunakan
pena warisan kakeknya, setelah melihat dukungan ayahnya dari luar jendela. Alif
merevisi jawaban asalnya menjadi jawaban yang benar karena Alif merasa
bertanggung jawab kepada pilihannya akhirnya, yaitu belajar di pondok
pesantren. Kyai Rais juga meminta sahibul menara untuk bertanggung jawab
memikirkan solusi dari keluhan masalah diesel yang disampaikan sahibul menara.
Manusia yang baik adalah manusia yang bisa bertanggung jawab terhadap segala
hal yang berasal dari dirinya. Di film ini tergambarkan tanggung jawab terhadap
pilihan dan tanggung jawab terhadap perbuatan.
Disiplin terhadap waktu
Ketika lonceng sudah dibunyikan, tanda
bahwa para santri sudah harus ke masjid untuk salat maghrib, sahibul menara
masih berurusan dengan angkut-mengangkut lemari, sehingga akhirnya mereka
dihukum oleh penjaga ketertiban dengan hukuman jewer satu sama lain.
Visualisasi ini mengajarkan pada kita bahwa kalau kita tidak bisa memanfaatkan
waktu dengan baik, kerugian akan didapat.
Berani bermimpi
Kebiasaan sahibul menara memandang awan
di bawah menara sambil menyatakan impian-impiannya pergi menuju berbagai negara
merupakan hal yang patut diacungi jempol. Banyak generasi muda kita yang
bermimpi saja takut. Padahal, mimpi yang berani kita utarakan akan mendorong
kita melakukan langkah-langkah untuk mencapainya. Dan Tuhan adalah maha
mendengar dan maha menjadikan. Terbukti di akhir film, mimpi-mimpi sahibul
menara terwujud semua. Karena itu, kita diajari untuk tidak meremehkan mimpi.
Kerja keras
Kerja keras Alif terlihat ketika di
tengah malam Alif masih mengerjakan laporan berita untuk diberikan kepada Kak
Fahmi sebagai syarat bergabung dalam majalah Syams, padahal teman-teman
sekamarnya sudah tidur semua. Alif juga berjuang untuk memenangkan taruhan dari
temannya untuk mendapatkan foto Sarah. Piala didapatkan Baso setelah dia
berlatih keras dalam lomba pidato bahasa Inggris. Apa yang kita inginkan menuntut
kerja keras kita untuk meraihnya. Jarang ada sesuatu yang instan yang bisa kita
raih, semuanya membutuhkan usaha, dan film ini menggambarkannya dengan baik.
Kreativitas
Adegan lucu Baso yang hampir terlambat
menuju masjid dan terpaksa memakai selimut yang sedang dijemur sebagai sarung
merupakan sisi kreativitas yang coba dihadirkan di film ini. Terkadang kita
dituntut cepat untuk menyelesaikan masalah. Berpikir out of the box sering
menjadi jawaban atas banyak masalah.
Sikap jujur
Kyai Rais menolak mentah-mentah suap-an
seorang tentara yang menginginkan anak pimpinannya diloloskan untuk masuk ke
pondok Madani, pasca ketidaklulusannya. Sikap Kyai Rais ini memberikan
keteladanan sosok pemimpin yang jujur, yang mana negeri kita sekarang
benar-benar haus akan sosok seperti ini.
Menetapkan prioritas
Baso akhirnya harus meninggalkan
sekolahnya karena neneknya sakit keras. Segala bujukan teman-temannya untuk
tetap tinggal di pesantren ditolaknya secara halus. Ia mengatakan bahwa yang
datang menjemputnya jauh-jauh adalah tetangganya. Jika tetangganya saja sudah
berkorban sejauh itu untuk neneknya, maka memang Baso sebaiknya meninggalkan
pondok Madani. Hal yang hampir sama juga terjadi pada ustad Salman yang
akhirnya harus meninggalkan pondok Madani untuk berumah tangga. Dukungan untuk
pergi dari pesantren didapatkannya dari Kyai Rais. Hidup itu diwarnai dengan
pilihan-pilihan. Maka menetapkan hati dengan melihat baik-buruknya merupakan
hal utama yang harus dilakukan dalam menetapkan prioritas. Kita sebagai manusia
berakal dituntut pintar dalam hal yang satu ini.
Sistem pendidikan modern pesantren
Dalam novel ini tergambar dengan jelas
bahwa pesantren itu tidak selalu identik dengan ngaji. Tetapi di pesantren pun
kegiatan-kegiatan yang merupakan penyaluran hobi juga digiatkan. Taruhlah
kegiatan olah raga, kesenian, ataupun jurnalistik. Semua keinginan santri
terwadahi. Bahkan di film ini diperlihatkan sosok Kyai Rais, yang notabene
adalah pimpinan pondok pesantren, jago memainkan gitar.
Kurang rasanya kalau saya banyak
membicarakan tentang nilai-nilai positif atau kelebihan film Negeri 5 Menara
tetapi tidak membicarakan kekurangannya. Ok, menurut saya, kekurangan film ini
diantaranya:
Akting dari seorang adik Alif terlihat
sangat kaku, sehingga kurang terlalu enak untuk dilihat.
Baso terlihat lebih mendominasi dalam
cerita dibanding tokoh utamanya, Alif.
Kurang tergambarkan kerja keras dan
perjuangan para santri di pondok Madani dalam belajar. Memang ada satu adegan
dimana Alif megerjakan tugas sampai malam, tapi untuk kegiatan belajar
menjelang ujian misalnya, tidak tergambarkan di film.
Adegan ustad Salman ketika melihat Alif
masih mengerjakan tugas sampai malam kemudian mengatakan “Going the extra
miles” tidak segera dilanjutkan dengan tahapan penjelasan bahwa going the extra
miles berarti berusaha di atas rata-rata orang kebanyakan. Padahal menurut
saya, kalimat ini penting, dan belum tentu semua orang yang menonton film ini
memahami arti kalimat yang disampaikan ustad Salman itu.
Akhir dari cerita ini terlalu tiba-tiba.
Tidak diceritakan walau itu berupa tulisan-tulisan singkat & cepat mengenai
perjalanan kehidupan sahibul menara. Tahu-tahu, Alif, Raja. Dan Atang sudah ada
di Trafalgar Square London dan menghubungi anggota sahibul menara lainnya.
Nilai negatif
Melawan terhadap orang tua, ketika ama
menyuruh alif untuk meneruskan sekolah di pesantren alif menghardik ibunya.
Kutipannya adalah “aku tidak ingin”,
Nilai negatif lainnya ketika alif
meremehkan orang yang bersekolah di pesantren, dialog ini terjadi saat
Alif dan ibunya berdebat untuk masuk ke madrasah atau pesantren “tapi bukan
salah ambo orang tua lain mengirim anak yang kurang cadiak masuk madrasah”
Kutipan negative lainnya dalah
ketika Alif mulai pesimis akan kemajuan hidupnya di madrasah “ Tuhan mungkin
kah aku bisa menginjakkan kaki di benua lainnya, dan akan kah dengan bersekolah
dimadrasah ini kehidupan ku akan berubah?”
“Ya Tuhan aku tidak punya tenaga untuk
menhafal Al-Quran ini”
Menjadi nilai negatif karena alif
pesimis dan belum berusah untuk mengerahkan kemampuannya.
B.
SARAN
Adapun saran
yang penulis berikan ialah :
1.
Diharapkan para pembaca makalah ini dapat lebih
mengenal dan mengetahui akan penokohan
yang ada dalam makalah ini.
2.
Hendaknya mengambil hikmah dari isi film ini sebagai
salah satu acuan hidup para pemuda
Indonesia untuk kehidupan masa depan kelak.
3. Hendaknya
dapat meneladani sifat tokoh utama dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Endraswara, Suwardi.( 2008). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Medpress
Fuadi, A.( 2009). Negeri 5 Menara. Jakarta : PT Gramedia
Jauhari, Heri.( 2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Ratna, Nyoman Kutha. (2009). Penelitian Sastra ( Teori, Metode, dan Teknik ). Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Fuadi, A.( 2009). Negeri 5 Menara. Jakarta : PT Gramedia
Jauhari, Heri.( 2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Ratna, Nyoman Kutha. (2009). Penelitian Sastra ( Teori, Metode, dan Teknik ). Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmakasih banyak broo . follow ya
BalasHapus